Paving merupakan bahan bangunan yang paling sering dijadikan solusi
sebagai penutup jalan di lingkungan perumahan maupun pada lingkungan
rumah tinggal, karena paving dapat dikerjakan dengan mudah dan tidak
seruwit jika dibandingkan menggunakan aspal. Paving sebagai penutup
jalan lingkungan juga merupakan solusi yang tepat agar air mudah mengalir masuk kedalam tanah karena celah antar paving dapat berfungsi sebagai tempat rembesan air.
Akan tetapi bukan berarti untuk memasang paving dilakukan dengan
tidak tepat, karena dapat berakibat pasving bergeser, mudah lepas, dan
juga permukaan paving menjadi tidak rata
atau bergelombang. Berikut ada beberapa hal yang dapat diperhatikan
dalam proses pengerjaan pemasangan paving untuk jalan lingkungan agar
lebih tahan lama dan kuat serta rapi.
model pola penataan paving tulang ikan 45o
Pondasi sebagai bingkai jalan.
> Selain rekatan pada sambungan paving, kekuatan paving juga
dipengaruhi oleh kondisi tanah sebagai alas peletakannya. Perubahan dan
pergeseran struktur tanah dapat menyebabkan paving bergeser sehingga
permukaan paving tidak rata satu dengan yang lain.
> Lapisan permukaan tanah seharusnya keras dan padat supaya
paving mampu menahan beban sehingga tidak melendut ke bawah. Namun, bila
fungsi perkerasan ini untuk jalan setapak di taman, paving bisa langsung diletakkan pada tanah yang tidak terlalu padat asalkan permukaannya rata.
> Sedangkan gaya horisontal disebabkan karena adanya tekanan dari atas
yang dapat mendorong paving bergeser. Untuk menahan gaya horisontal,
paving-paving ini perlu diberi pondasi sebagai bingkai sehingga
seolah-olah bagian sisi terluar paving dikelilingi oleh pondasi ini.
Permukaan pondasi ini rata dengan permukaan paving. Dengan adanya
pondasi yang mengelilingi ini, paving dapat ditahan secara horisontal
bila ada desakan dari atas atau samping kiri/kanan. Pondasi bingkai ini
dapat dibuat dari beton pracetak atau pasangan bata yang diplester.
Pasir yang digunakan untuk Paving.
> Paving tidak membutuhkan bahan ikat, hubungan antar paving hanya
perlu menggunakan pasir, oleh sebab itu agar paving tidak mudah
bergeser dan keluar, maka idealnya lebar celah antara paving adalah
sekitar 2mm s/d 4mm.
> Pasir yang digunakan sebaiknya memiliki kadar air sekitar maksimal
5% dan kadar lumpur sekitar maksimal 10% dan memiliki butiran yang tajam
sekitar 2.4mm, tujuannya agar air dapat mengalir dan meresap kedalam
tanah di bawah paving.
> Pasir tadi diusahakan hanya mengisi 1/2 (setengah) dari tebalnya
paving, dan tidak perlu hingga ke dasar, sementara rongga sisa
dibawahnya diisi oleh pasir yang digunakan untuk landasan peletakan
paving
> Pasir untuk landasan peletakan paving memiliki syarat besar butiran
9.5mm seperti pasri beton, tajam dan bersih dari kotoran serta lumpur.
Ketika proses penyebaran pasir ini dilakukan dalam kondisi kering dan
bersifat gembur.
> Pasir landasan yang sudah diratakan ini sebaiknya dijaga dari
gangguan terinjak atau digunakan sebagai tempat penumpukan bahan.